Search This Blog

Sunday, May 15, 2016

(HEBOH) Pengakuan salah satu produsen Susu Formula


BAHAYA SUSU FORMULA…

PENTING UNTUK DIBACA UNTUK PARA IBU

(HEBOH) Pengakuan salah satu produsen Susu Formula

Jadi inget, dulu pernah bikin riset tentang susu formula merek X, buatan Eropa di pertengahan tahun 2008. Interviewnya sama dokter-dokter anak di Indonesia, pas banget ketika saya sedang hamil.

Ketika saya ikut serta dalam riset ini, saya belum kebayang sama sekali bakal kasih ASI sampai 22bulan, dan kasih homemade food ke Alika; anak saya, dan gak memberikan susu formula sama sekali. Boro-boro kebayang pumping ASI dan bawa-bawa pompa dan segambreng peralatan perang ASI lainnya, wong dulu tuh mikirnya pasti soal “merek susu apa ya yg bagus?” atau nanya ke orang-orang: “Merek susu apa ya yang bagus?”.

Sampai suatu hari Saya dapat kesempatan untuk bantu di project riset tentang susu formula merek ini. Fyi: ini adalah salah satu merek susu buatan Eropa yang terkenal di Indonesia.

Dan sebelum fieldwork dimulai, saya seperti biasa melakukan brainstorming meeting bersama orang brand (Orang Swiss) dan orang R&D yg menjadi salah satu peracik formula susunya (Dokter asal New Zealand).

Dari hasil brainstorming meeting ternyata diketahui bahwa alasan mereka membuat study pemasaran di Indonesia karena pangsa pasar susu formula di Indonesia itu sangat besar, termasuk dalam 5 besar di dunia. Sementara, di Eropa sendiri para produsen susu formula sangat susah buat jualan produk susu formula, karena pemerintahnya sangat galak dan sangat ketat dalam mengatur penjualan susu formula.



Hal ini berbeda dengan pemerintah Indonesia yang belum galak dan masih “Pro” Susu formula. Belum lagi ditambah dengan adanya stigma dari orang Eropa mengenai susu formula yang dianggap “rubbish product” – karena terlalu banyaknya process dalam pembuatannya: dari cair ke bubuk dan terlalu banyak bahan kimia yang dibutuhkan dalam proses pengubahan bentuknya dan terlalu banyak fortifikasi yang artinya terlalu banyak bahan kimia di dalamnya.

Makanya produk X ini mau meningkatkan penjualannya di Indonesia, karena memang lebih mudah dan lebih gampang

Ketika Saya mendengar cerita itu di meeting itu, Saya sebenarnya sudah agak shock dengan keterangan mereka, karena pemahaman saya mengenai susu formula “yang sangat sehat” ternyata salah.
Namun memang, meski sudah mendengar penjelasan orang Brand dan R&D tersebut, penjelasan tersebut masih belum begitu bisa membuat hati saya tergerak untuk memberikan ASI pada calon Bayi Saya. Saya bahkan masih terpikir untuk tetap kasih formula…. Mungkin campur laah 50% ASI : 50% formula. Kan saya kerja..?? *alesan*

Setelah selesai brainstorming meeting, saya iseng bertanya pada orang R&D yang meracik susu formula merek ini, karena beliau adalah Ibu dari 1 anak, dan anaknya berusia 3thn. Tujuannya seperti biasa, karena saya ingin cari referensi mengenai merek susu formula, soalnya dia kan dokter dan R&D susu formula. Jadi pastinya referensinya OK

Jadi langsung saja Saya tanya ke beliau, “Kalau Anda dulu kasih susu formula merek apa?” (dengan keyakinan, pasti dia akan bilang merek yang dia racik).

Ternyata saya mendengar jawaban diluar harapan saya, karena dia bilang:”Saya tidak kasih susu formula sama sekali” *Saya bengong*.

Lalu saya tanya lagi: “Terus dikasih apa? Susu UHT?”

Dijawab sama beliau: “Tidak, saya baru kasih UHT ketika umur 2 tahun” *dan saya makin bingung dan shock*

Saya tanya lagi: “Terus dari 0 – 2 tahun anak Anda dikasih apa?”

Dia jawab sambil tersenyum: “Saya kasih ASI, karena susu formula itu nutrisinya itu tidak sebanding dengan ASI.”

Agak shock denger jawaban dari si ibu R&d itu. Apalagi pas denger dia bilang lagi: “Saya menyusui sampai anak saya umur 24 bln, setelah itu langsung saya kasih UHT. No formula at all!” *Dan saya pun menganga*

Saya tanya lagi” seriously?”

Dia jawab lagi: “Yup. Very serious”. Dan semua orang mendorong saya untuk memberikan ASI. Jadi masa menyusui Saya menjadi lebih mudah”


Tetapi tetep aja… Meski sudah denger pengakuan si R&D itu… Saya masih agak tidak percaya dengan pengakuan dia, sampai pada akhirnya saya menginterview 5 dokter anak di Indonesia: 3 yang Pro ASI, dan 2 Yang Tidak Pro ASI.


Hasilnya? Semua dokter anak yg diinterview itu mengakui hal yang sama: ASI is the best dan paling cocok dengan metabolisme bayi. Dan susu formula cuma bisa diserap 0leh sekian persen oleh tubuh bayi.

Bahkan 2 dari 3 dokter yg pro ASI kasih urutan gimana nutrisi diserap bayi dari bayi masih dalam kandungan sampai dia 2 thn:

ketika bayi di kandungan: bayi akan menyerap semua nutrisi dari sari makanan (bukan susu ya) yang dikonsumsi ibunya. Dan nutrisi yang dibutuhkan oleh si Bayi ketika dalam kandungan itu cuma sedikit, tidak perlu jumlah yang banyak, karena si janin itu kan juga ukurannya masih sangat kecil jika dibandingkan kebutuhan manusia biasa.

Jadi even Susu hamil juga tidak perlu, karena kebutuhan kalsium/folat/AA/DHA/Kolin itu bisa didapat dari makanan yang dikonsumsi oleh si Ibu. Jadi, asal Ibu makan makanan yang sehat (sayur, ikan, telur, daging, buah) secukupnya, pasti kebutuhan nutrisi sang janin dan sang Ibu akan terpenuhi.

Dan dokter kandungan biasanya sudah kasih vitamin dan supplement yang menunjang nutrisi sang janin. Jadi minum susu hamil sebenarnya malah bisa membuat Ibu obesitas karena kelebihan kalori (bukan nutrisi).

Ketika bayi umur 0-6bln: Bayi cuma bisa menyerap ASI, karena ASI sangat sesuai dengan pencernaan bayi yang masih sangat rentan dan sangat sensitif, karena kandungan ASI yang sangat spesifik. Dan AA, DHA, AA, dsb yang di dalam ASI-lah yang cuma bisa diserap sempurna oleh otak Bayi . Sementara kandungan dalam susu formula secara umum cuma bisa diserap bayi 5-10% kalau tidak salah (lupa euy, udah lama banget soalnya risetnya) CMIIW.

Ketika bayi usia 6-12bln: Bayi menyerap 70%ASI, dan 30% nya adalah sari makanan.

Oleh karena dari itu, buat Ibu-ibu yang anak-anaknya usia 6-12bulan, sebenarnya di masa ini tidak perlu terlalu khawatir kalau anaknya ketika di usia ini masih susah makan, karena di masa ini sebenarnya adalah masa untuk mulai mengajarkan anak dan mengenalkan anak makanan padat, bukan untuk memenuhi kebutuhan total nutrisi harian anak. Sementara susu formula? Cuma bisa diserap sekitar 15-20% (CMIIW).

Ketika bayi usia 12 – 18bln: Bayi bisa menyerap ASI 50% dan sari makanan 50%

Ketika bayi usia 18-24bln:Bayi menyerap ASI sebesar 30% dan sari makanan 70%, dan disini peran ASI lebih pada daya tahan/body immunity, karena di usia ini bayi sangat rentan terkena virus/bakteri karena sudah mulai lebih banyak memakan makanan padat dan mulai mengalami fase oral alias mulai memasukkan semua barang ke mulut

Dan AA, DHA, Kolin, Prebiotik yang dibutuhkan Bayi di rentang usia ini hanya bisa diserap sempurna 100% kalau sumbernya dari sari makanan yang dimakan oleh bayi dan dari ASI (dari sari makanan yang dikonsumsi Ibu yang menyusui).

Sementara ketika anak berusia 2thn ke atas, sebenarnya susu formula sudah tidak bisa diserap lagi karena memang sudah tidak ada perannya dalam pertumbuhan anak, sementara ASI msh bisa diserap untuk kepentingan daya tahan tubuh/body immunity.

Oleh karena itu, bayi yang mengkonsumsi susu formula biasanya akan sangat jauh lebih gemuk, karena memang kandungannya tidak terpakai dan tidak terserap dengan sempurna, sehingga berubah bentuk jadi lemak, sementara ASI terserap sempurna oleh tiap elemen dalam tubuh bayi, terutama oleh otak si Bayi

Oleh karena itu juga, menurut pengakuan 2 dokter yang tidak Pro ASI, mereka biasanya kalau menyarankan susu formula pasti selalu dengan alasan: “Biar anak Ibu lebih gemuk/tidak kekurangan berat badan” (itu pengakuan para dokter itu loh.. )

Dan… DHA, AA, Kolin, Spengomiolyn yang ada di susu formula sampai sekarang belum diketahui manfaatnya..atau bahkan efek sampingnya!! (Dan menurut orang brand dan orang R&D brand X ini, WHO juga sudah menyatakan hal yang sama soal ini).

Kenapa dikatakan belum ketahuan manfaat dan efek sampingnya? Karena bayi-bayi yang mengkonsumsi susu dengan kandungan AA, DHA, Kolin, dsb ini rata2 lahir dari tahun 2000 ke atas, tahun-tahun di mana kandungan-kandungan ini mulai diperkenalkan oleh para produsen susu formula.

Dan bayi-bayi yang mengkonsumsi AA, DHA, LA dsb yang ada dalam susu formula ini BELUM ADA yang menjadi ibu, sehingga belum tahu efek jangka panjang dan efek domino yang dihasilkan oleh kandungan-kandungan itu.

Dan pengakuan yang paling menakutkan buat saya sebenarnya adalah ketika orang brand dan R&D dari brand susu formula X ini menceritakan kalau semua kandungan itu tidak ada yang pernah diuji cobakan ke bayi manusia sebelumnya!!! (Scary huh?!!)

Akhirnya, sejak saya tahu info-info soal itu, mata saya jadi terbuka sangat-sangat lebar…. Dan sejak saat itu juga saya langsung mengubah niat saya untuk kasih ASI, karena Saya pikir “Yang membuat racikan susu formula saja kasih ASI, masa Saya engga?”

Demikian sharing pengalaman ibu berikut, maaf kalau tidak berkenan namun ada baiknya direnungkan gimana caranya kasi yg terbaik untuk anaknya, bukan dilihat dari harganya yg mahal.

https://diervie.wordpress.com/2015/04/23/bahaya-susu-formula-tolong-direnungkan/

http://www.wordkesehatan.com/2016/05/ibubapaksaudara-saudaraku-semua.html

Wednesday, May 4, 2016

Musytaq dan Jamid dalam Leksikologi Arab

Bentuk-Bentuk Kosakata Bahasa Arab

Secara umum bentuk kosakata dalam bahasa Arab terbagi dua:

1. Kosakata yang dapat mengalami perubahan (musytaq)

Yakni kata yang diambil dari kata yang lain antara keduanya terdapat hubungan makna meskipun lafalnya berubah seperti kata مرسم , مكتوب , حاكم yang berasal dari رسم, كتب , حكم dan sebagainya.

2. Kosakata yang tidak berubah (jâmid)
Yakni kosakata yang sejak semula sudah mempunyai bentuk dan tidak diambil dari kata lain, misalnya kata شمش , جاموس , شجر dan sejenisnya.
Kata-kata yang mengalami perubahan bentuk (musytaq) tidak hanya berubah bentuk saja tetapi berubah makna dan pengertian, misalnya kata فاتح dan مفتوح, kata pertama berarti pembuka atau penakluk sedangkan kata kedua berarti terbuka atau tertaklukkan. Cara membentuk kedua kata (isim fâ’il dan isim maf’ûl) tersebut yang mana tergolong dalam kata kerja tsulâtsi mujarrad adalah dengan mengikuti wazan فاعل – مفعول.
Kata yang berasal dari kata kerja lebih dari tiga huruf (tsulâtsi mazîd) bentuk isim fâ’il dan isim maf’ûlnya hanya dibedakan dengan huruf harakat kasrah ( ﹻ) pada huruf sebelum akhir untuk bentuk isim fâ’il dan harakat fathah ( ﹷ ) untuk isim maf’ûl, seperti kata مطالب jika dibaca muthâlib berarti bentuk isim fâ’il yang artinya penuntut. Tetapi bila dibaca muthâlab, berarti pembaca menginginkan bentuk maf ‘ûl yang artinya yang dituntut. Metode atau cara pembentukannya melalui bentuk mudlâri’ dengan merubah huruf yang paling depan (harf al-mudlâra’ah) menjadi huruf mim (م). Untuk menentukan apakah bacaan yang tepat dalam suatu teks itu bentuk pertama atau kedua, maka konteks kalimatnya yang menjadi pertimbangan.





Sebab-Sebab Banyaknya Kosakata Bahasa Arab

1. Banyaknya pergeseran bahasa Quraisy dengan dialek-dialek Arab lainnya.

2. Penyusun kamus tidak hanya mengambil bahasa kabilah Quraisy saja, tetapi juga dari banyak kabilah.

3. Penyusun kamus dengan jerih payah ketekunan mereka dalam membukukan setiap sesuatu, mereka membukukan kosakata-kosakata yang banyak yang telah ditinggalkan dan menggantinya dengan kosakata yang lain, maka sebagian kamus-kamus memiliki banyak kosakata dan sinonimnya.

4. Banyaknya kata yang terdapat di kamus-kamus mengenai sinonim yang maknanya bukan asli makna itu sendiri, tetapi makna yang digunakan untuk majas.

5. Isim-isim yang banyak yang disebutkan untuk satu kata utuh bukan untuk seluruh kondisi isim tersebut.

6. Banyak lafadz yang dianggap sinonim padahal kenyataannya bukan sinonim.

7. Berpindahnya banyak mufradat dari bahasa-bahasa serumpun semit dan yang lainnya ke dalam bahasa Arab.

Semoga bermanfaat..

Tokoh-Tokoh Leksikologi Arab



1. Khalil Bin Ahmad Al-Farahidi
Nama lengkapnya, Abdurrahman Khalil bin Ahmad bin Amr bin Tamim Al-Farahidi Al-Bashri (100-170H/ 718-786M). Khalil asli berkebangsaan Arab, lahir didesa Azad, Oman. Akan tetapi iya tumbuh besar dan belajar ilmu-ilmu agama di kota Basrah, Irak. Dalam beberapa buku, Khalil lebih sering dikenal dengan Al - Farahidi. Gelar ini dinisbatkan kepada kabilah nenek moyangnya, yaitu Farhud, salah satu kabilah di desa Azad, Oman.

Khalil bin Ahmad Alfarahidi Khalil adalah seseorang yang dikaruniai dengan kecerdasan otak dan daya kreativitas yang tinggi oleh Allah SWT. Ia adalah pecinta ilmu yang sejati . Terbukti , ia gemar berkelana dari satu desa ke desa lain yang jaraknya berjauhan hanya untuk mengambil periwayatan lain dari penduduk desa demi memahami satu makna kata. Teori-teorinya banyak terbentuk dari hasil penelitian Ilmiah di lapangan. Khalil rela bergaul dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa. Hidupnya habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab. Pada akhirnya, Khalil pun tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu bahasa Arab. Ia adalah ulama yang menguasai ilmu nahwu(sintaks), bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni di bidang ilmu matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar leksikologi, sehingga tak berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak Leksikolog Arab’.


2. Abu Amr Al-Syaibani

Abu Amr Ishaq Bin Murar Al-Syaibani (110-106H/728-821M) lahir di desa Ramadah, dekat dengan kota Kufah. Ibunya berasal dari Suku Nabtiyah dan nasabnya bersambung ke Bani Syaiban. Dari Kufah, Abu Amr pindah ke kota Baghdad dan menetap disana hingga meninggal dunia. Guru Abu Amr yang paling terkenal adalah Al-Mufaddhal Al-Dhabi dan Al-Muhaddits Rukn Al-Syami. sedangkan murid - murid Abu Amr, antara lain:  Amr ( putranya sendiri), Imam Ahmad bin Hambal, Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam.

Abu Amr Al-Syaibani juga tercatat sebagai penyusun kamus tematik pertama dalam sejarah leksikologi Arab. Beberapa karyanya antara lain, Kamus Al-Jim, Al-Khail, Al-Lughaat, Al-Nawadir Al-Kabir, Gharib Al-Hadis, Al-Nahlah, Al-Ibil, Khalq Al-Insan. Dari sekian judul bukunya , Kitab Al-Huruut fi Al-Lughah atau yang dikenal Kitab Al-Jim adalah kamus yang memiliki pengaruh besar terhadap pengembangan leksikologi bahasa Arab. Kamus Al-Jim adalah kamus makna yang disusun secara tematik.


3. Abu Mansyur Al- Azhari Al-Hawari

Nama Lengkapnya, Abu Mansyur Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhari Al-Hawari (282-370 H/ 895-981 M). Diberi gelar " Al-Hawari", karena ia lahir dan wafat didesa Hirapa h, Khurasan. Sedangkan nama populernya adalah Al-Azhari. Nama ini dinisbatkan kepada kakeknya yang bernama Al-Azhar, seorang ulama fiqih terkemuka di Khurasan. Abu Mansyur Al-Azhari tumbuh besar didaerah Qaramithah, sebuah kawasan di Hawazin dimana penduduknya selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Arab fushah.
Ibnu Mandzur, penyusunan kamus Lisan Al-Arab, berpendapat, " Untuk kitab-kitab bahasa, belum pernah ku temukan kitab seindah Tahdzib Al-Lughah karya Al-Azhari dan selengkap kamus Al-Muhkam karya Ibnu Sidah. Sedangkan kamus - kamus selain itu hanya kelas dua". Kamus karya Al-Azhari berjudul Tahdzib Al-Lugahah. Menurut Al-Zamakhsyari, kamus itu disusun oleh Al-Ajhari setelah ia berusia 70 tahun. Karya Al-Azhari adalah kamus yang menggunakan sistematika fonetik (nizam al-sawti) seperti kamus Al-Ain karya Khalil.


4. Ismail bin Qasim Al-Qali Al-Baghdadi

Ismail bin Qasim bin Harun (901-967 M) lahir dan tumbuh besar di Manzjarad yang terletak didaerah Furat Timur, dekat Bahirah, Baghdad. Gelar Al-Qali dibelakang namanya, karena ia bergaul dengan kabilah bernama Qali Qali di Baghdad. Sedangkan julukan Al-Baghdadi ditunjukkan oleh penduduk Andalusia kepada Ismail bin Qasim setelah ia Ismail tiba dan menetap disana.

Karya Ismail Al-Baghdadi bernama kamus Al-Bari' kamus pertama yang muncul didaerah Andalusia. Selain itu, ia juga menulis kitab berjudul, Al-Nawadir, Al-Maqsud wa Al-Mahmud wa Al-Mahmuz, semuanya tentang ilmu tatabahasa Arab. Ismail Al-Baghdadi merupakan salah satu dari murid Ibnu Duraid, penulis kamus Al-Jamharah.


5. Ibnu Duraid

Nama lengkapnya Muhammad bin Al-Hasan bin Duraid Al-Azri (321-233 H/ 838-933M). Ibnu Duraid lahir di Basrah, lalu pindah ke Oman lalu menetap disana selama 12 tahun, kemudian kembali lagi ke Baghdad, Irak. Ibnu Duraid dikenal sebagai pakar bahasa dan sastra Arab.

Kamus Al-Jamhara karya Ibnu Dumaraid merupakan kamus pertama yang menggunakan sistem alfabetis khusus. Ia berani tampil beda dengan mengesampingkan model-model kamus fonetik yang kala itu yang berkiblat pada kaus Al-‘Ain karya Kholil. Namun, materi-materi dalam kamusnya Ibnu Duraid banyak mengambil dari kamus Al-‘Ain. Bahkan, dalam hal penjelasn(syarah) gaya bahasa(uslub) dan rgumentasi(istisyad), antara kamus Al-Jamhara dan kamus Al-‘Ain dapat dikatakan sama. Kamus Al-Jamharah dapat dikatakan bahwa  kurang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan leksikografi bahasa arab. Sistematika urutan alfabetis hijaiyahyang diusung Ibnu Duraid hanya mengekor pada kreasiNatsr bin Ashim yang sebelumnya telah menyusun huruf  hijaiyah dari alif hingga ya’.

Karya Ibnu Duraid adalah Kamus Al-Jamharah atau jamaharah Al-Lughah sebanyam tiga jilid, karya-karya lain Ibnu Duraid adalah Al-Isytiqaq (Ilmu tentang nasab), Al-Maqshur wa Al-Mamdud ( Ilmu sharaf), Al-Mujtaba, Taqwim Al-Lisan, Dakhair Al-Hikmah, Shifah Al-Siraj wa Al-Lijam, Al-Malahin, Al-Sahab wa Al-Ghaits, Adab Al-Katib, Al-Amaly, Al-Wisyah, Zuwar Al-Arab, dan Al-Lughaat.


 6. Ibnu Faris Al-Razi

Abu husain bin Faris binZakariya bin Hubaib Al-Qozwini Al-Razi(329-395H/941-1004M). Ada pendapat lain yang mengatakanbahwa nama aslinya adalah Ahmadbin Zakaria bin Faris. Ibnu Farislahir didaerah Ristaq al-Zahra’, sebuah kampung yang termasuk bagian dari desa Karsifah dan Jiyanabaz diwilayah Qozwin. Semua ulama sepakat, bahwa Ibnu Faris meninggal dunia dikota raid makamnya berhadap dengan Abul Hasan Ali bin AbdulAziz Al-Jurjani. Tahun wafatnya ibnu Faris masih diperselisihkan, ada yang mengatakan bahwa Ibnu Faris meninggal pada tahun360 H, ada yang mengatakan 369H, 375H dan 390H. Sebagaimana ilmuan lainnya, Ibnu Faris juga gemar mencari ilmu. Tempat yang paling lama didiami adalah kota Hamzan sebelum pada akhirnya ia pindah ke kota Raid dan meninngal disana.

Guru yang paling berperan dalam membentuk keprobadian Ibnu Faris adal ayahnya sendiri, yaitu Faris bin Zakaria. Seorang fakih ahli bahasa juga sastrawan. Ibnu Faris banyak belajar fiqih madzhab syafi’i dari ayahnya dan ia pun menjadi penganut madzhab syafi’iyah. walaupun akhirnya ia pindah kemadzhab malikiyah ketika ia tinggal di raid.

Ibnu Faris bukan hanya mumpuni dibidang leksikologi dan ilmu bahasa saja, mnamu ia adalah ulama yang memiliki kemampuan yang lengkap diberbagai biadang.hal itu dapat dilihat dari karya-karya tulisannya yang menckup berbagai bidang ilmu. Paling tidak ada 45 buku yang ditulis oleh Ibnu Faris.Diantaranya, al-ittiba’, al-amaly serta masih banyak yang lainnya.


7. Ibnu Jinni

Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni Al-Mushily(320-390 H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu dan sastra . Masa kecilnya dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak menyurutkan Ibnu Jinni menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Sejak kecil ia dianugerahi ghira ilmiah atau semangat kuat untuk belajar dari para syekh yang ada didaerah kelahirannya. Hampir semua halaqah (majelis taklim) dihadiri ibnu jinni untuk menuntut ilmu dari para pengasuh dan syekh yang ahli dibidangnya masing-masing. Diusianya yang masih belia, 17 tahun ia telah menguasai ilmu sharaf. Hingga ibnu jinni berkenalan dengan seorang syekh bernama Abu AliAl-Farisi yang dikenal sebagai pakar ilmu bahasadan nahwu  dizamannya. Sejak itu Ibnu Jinni hanya menetapkan pilihannya hanya belajar kepada Abu Ali Al-Farisi da meninggalkan halaqah lainnya. Ibnu Jinni menjadi murid setia Abu Ali Al-Farisi hinngga ia mewarisi ilmu dari gurunya.

Ibnu Jinni dan gurunya pindah kekota halb, ibu kota Bani Hamdan. Disana mereka tinggal selama 5 tahun dan mendiri kan mejelis taklimyang dihadiri para ulama lainnya. Dikota itu pula Ibnu Jinnidan gurunya berkenalan akrab dengan Al-mutabbi, salah satu pakar bahasa. kemudian Ibnu Jinni dangurunya berpindah ke Damaskus, lalu ke Bagdad untuk melanjutkan misi dakwah dan taklim
Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Namun, bukunya yang paling populer hingga kini adalah Al Khashaish, sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-makna kosakata bahasa Arab. Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi, tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal dunia. Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di bidang aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish, antara lain: kritiknys terhadap kekurangan Al-kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa Arab termasuk akidah Islam.

Dibidang Fiqh Ibnu Jinni mengikuti Madzhab Imam Hanafi. Dibidang akidah, ia lebihmemilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke madzhab ulama Basrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang konteroversi didalam kitab Khasaish, antara lain kritiknya terhadap Al-Kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang bahwa ilmu bahasa arab termasuk kaidah islam.


8. Ismail bin Hammad Al-Jauhan

Ismail bin Hammad Al-Jauhan(w. 393H/1003M) berasal dari desa Farab. Ia telah masuk keIrak, lalu ia berkelana ke Hijaz menuju kepedalaman desa-desa badui untuk mempelajari dialek bangsa arab dan syair-syair asli gabungan penduduk desa(badui) yang masih memilki tingkat kebahsaan yang fasih dan tidak berkontaminasi pengaruh dialek dari para pendatang. Setelah lama berkelana, ia kembali ke khurasandan menetap dinaisabur.
Selain dikenal sebagai pakar bahasa arab yang kreatif dan leksikolog karena karyanya, kamus Al-Shaiha Fi Al-Lughah sebanyak 2 jild, ia juga dikenal sebagai orang  yang meninggal dunia karena “kreatifitasnya” sendiri. Konon Al-Jauhari memannggil penduduk Nasyabur untuk memperkenalkan salah satu karyanya berupa alat terbang. Kala itu,  ia mengikat tangannya dengan kayu lebar seperti sayapburung, lalu ia segera menyepak-nyepakkan kedua tangannya layaknya burung yang akan terbang. Kemudian, ia berhasil terbang keangkasa, namun akhirnya ia terjatuh karena kehabisan tenaga, lalu ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Kamus Al-Shihah sebagai kamus pertama yang memperkenalkan sistem Al-Qafiyah jelas mendapat perhatian besar dikalangan ulama. Kontribusi sistem ini, dinilai amat membantu bagi para sastrawan dalam menyusun maupun memahami sajak dan syair maupun prosa bahasa arab. Sambutan para ulama itu dbuktikan dengan munculnya buku-buku lain yang berusaha meneliti kamus Al-Shihah.
Beberapa ulama ada yang sekedar menulis buku untuk memberi komentar atau tambahan(taliqat), bahkan ada yang memberikan kritikan, ataupun ada yang berusaha membuat ringkasan (ikhtisar) sebagai buntuk pengakuan dan penghargaan terhadap kamus tersebut.


9. Ibnu Mandzur Al-Afriqi

Nama lengkapnya, Muhammad bin Mukharram bin Ahmad bin Habqah Al-Ansari Al-Ifriqy (630-711 H/ 1232-1311 M). Ibnu Mandzur lahir di Kairo. Pendapat lain menyebutkan ia lahir di Tharablis. Ibnu Munndzir adalah seorang pakar dibidang bahasa Arab, sejarah dan fiqih. Kehebatan Ibnu Mundzir tampak pada karya tulisnya bernama Kamus Lisan Al-'Arab, sebuah kamus yang paling besar dan lengkap di zamannya yang sanggup menampung semua kandungan dari kamus-kamus sebelumnya.

Karya tulis Ibnu Mundzir, yaitu: Mukhtashar Al-Aghani, Mukhtashar Tarikh Baghdad ( Al-Khatib Al-Baghdady), Mukhtashar Tarikh Dimasyqa (Ibnu Asakir), Mukhtashar Mufradaat Ibnu Baythar, Mukhtashar Al-Aqd Al- Farid (Ibnu Abdu Rabbih), Mukhtashar Al-Hayawan (Al-Jahidz), Mukhtashar Yatimah Al-Dahr ( Al-Tsa'aliby), Mukhtashar Nisyawan Al- Muhadharah ( Al-Tanawwukhi) dan Mukhtashar Al-Dakhirah.


10. Muhammad bin Ya'qub Al-Fairuzabadi

Nama lengkap penyusun Kamus Al-Qomus Al-Muhit ini adalah Abu Thahir Majduddin Muhammad bin Ya'qub bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar Al-Syairazi Al-Fairuzabadi (729-817H/1319-1415 M). Ia lebih populer dengan sebutan Al- Fairuzabadi. Pakar bahasa ini lahir di kota Karzen,Syairaz, sebuah wilayah di negeri  Persia pada tahun 729 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan Mongol yang telah menakhlukan Baghdad sejak tahun 656 Hijriyah hingga Dinasti Ottoman mampu menguasai Mesir tahun 923 hijriyah. Al-Faoruzabadi lahir 18 tahun sejak kemangkatan Ibnu Mandzur, penyusun kamus Lisan Al-'Arab.
Karya Al-Fairuzabadi Al-Qamuus Al-Muhit termasuk kamus besar bahasa Arab yang mendapat sambutan luar biasa dari para ulama. Ada yang memberi penjelasan (syarah), kritik (naqd), pembelaan (difa'), dan juga ringkasan ( ikhtishar). Penggunaan istilah Al-Qamuus yang dipopulerkan Al-Fairuzabadi sebagai judul karyanya tersebut, mampu menggantikan istilah mu'jam yang telah diperkenalkan Khalil.


11. Butrus Al-Bustani

Butrus Al-Bustani lahir pada tahun 1819 di sebuah desa bernama Dibyah, bagian dari Syuf, Libanon. Sejak kecil, ia telah gemar belajar ilmu-ilmu agama, terutama ilmu bahasa. Masa belajarnya dimulai dibangku madrasah bernama Ain Waraqh, sebuah madrasah terbesar di daerah Syuf. Bustrus Al-Bustani tergolong ulama yang produktif. Ia mampu menulis karya ilmiah yang memberi kontribusi keilmuwan bagi generasi sesudahnya. Ia bahkan pernah menerjemahkan kitab Taurat. Karyanya meliputi berbagai bidang ilmu, seperti:  morfologi, sintaksis, linguistik, sastra, dan sebagainya, termasuk makalah, ceramah, dan materi khutbah yang biasa diterbitkan di berbagai majalah dan surat kabar. Namun bukunya yang paling terkenal adalah Ensiklopedia Dairatul Ma'arif dan Kamus Besar Muhith Al-Muhit


12. Lewis bin Nuqala

Lewis bin Nuqala Dhahir Al-Ma'ruf (1867-1946) lahir dikota Zahlah, Libanon. Ia adalah salah seorang pastor dan penganut kristus. Ia mulai stufi lanjitannya belajar di Fakultas Kristen di Beirud. Lalu, ia belajar ilmu filsafat di Inggris dan melanjutkan ke Prancis untuk belajar Teologi. Lewis mampu berkomunikasi dalam bahasa asing. Pada tahun 1906, ia diangkat menjadi direktur surat kabar Al-Basyir. Lewis meninggal di Beirut pada tahun 1906.
Karya Lewis yang hingga kini masih populer dan telah dicetak berulang kali adalah kamus Al-Munjid. Namun sebenarnya materi yang ada dikamus Al-Munjid banyak mengambil dari kamus Muhith Al-muhith (Butrus) hingga kamus Al-Munjid lebih dikenal sebagai ringkasan Muhith Al-Muhith.


13. Abdullah Al-'Ulayali

Syekh Abdullah Al-'Ulayali adalah salah satu guru besar dibidang bahasa dan fiqih. Ia lahir dikota Bairut, Libanon, pada tahun 1914. Ia menempuh studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Pemikiran dan ide-idenya yang kreatif dalam hal leksikologi yang dituangkan kedalam karyanya berjudul Muqaddimah Li Dars Al-Arab Wa Kaifa Nadha'u Al Mu'jam Al-Jadid ( Pengantar Studi Arab dan Tatacara Menyusun Kamus Baru), telah diakui oleh para ulama bahasa. Sebenarnya buku ini merupakan Ensiklopedia bahasa, sains dan seni. Hanya saja, materi kosakata dalam buku itu berhenti pada huruf alif, kata الس


14. Ali bin Muhammad Al-Jurjani

Ali bin Muhammad Al-Jurjani lahir pada tahun 740 H / 1339 M didesa Taju, dekat Istirabadz. Sejak masih kanak-kanak, Ali Al-Jurjani telah dikirim oleh orang tuqnya ke kota Hirah untuk belajar kepada Syekh Qutbuddin Muhammad Al-Razi Al-Tuhtani. Lalu, gurunya itu mengirim Ali Al-Jurjani ke Syeikh Mubarak Syah, salah satu guru besar Jami' Al-AZhar,Kairo,Mesir. Kecerdasan yang dimiliki Ali membuat kagum gurunya. Karena itu Syekh Mubarak menghimbau Ali untuk belajar ke guru yang lainnya, salah satunya adalah Syekh Ali bin Muhammad Al-Fanari.

Karya Ali Al-Jurjani yang hingga kini masih tetap dijadikan rujukan dalam memahami definisi sebuah kata atau kalimat, adalah Al-Ta'rifat. Sebuah kamus yang menggunakan sistem artikulasi, sehingga ia lebih dianggap lebih mudah digunakan dalam pencaharian entri kosakata. Kamus Al-Ta'rifat, pertama kali diterbitkan pada tahun 1897 di Kairo. Selain itu, karya lain Ali Al-Jurjani adalah Syuruh ala Al-Kasyssyaf ( Zamakhari), Syarah Al-Taftazi ( Al- Qazwini), Syarah Al-Faraid Al-Syairajiyah (Al-Sikaliki).


15. Ibnu Sidah

Nama lengkapnya Abul Hasan Ali bin Ismail (398-458H/1007-1066M) tetapi ia populer dengan nama Ibnu Sidah. Beliau adalah salah satu pakar dibidang bahasa dan sastra. Lahir di Mursiyah, sebelah timur Andalus, lalu ia pindah ke Daniyah hingga meninggal disana. Konon, beliau dikenal buta seperti halnya sang Ayah, tatapi kekurangan fisiknya sedikitpun tidak mengurangi semangatnya belajar bahasa. Sejak muda, ia telah aering mengubah syair dan belajarnilmu kosakata.
Karya tulisnya paling terkenal adalah Al-Mukhashshash sebanyak tujuh jilid, sebuah kitab rujukan dalam mpelajari bahasa Arab. Selain kitab bahasa Al-Mukhashshash adalah kamus tematik yang membuat makna kosakata bahasa Arab yang populer saat itu. Namun, karya kamusnya yang terkenal paling lengkap adalah Al-Muhkam wa Al-Muhith Al-A'dzam sebanyan empat jilid adalah kamus bahasa Arab paling populer pada zamannya hingga era Ibnu Mandzur, penyusun Lisan Al-Arab.


16. Ibnu Sikkit

Ibnu Sikkit (186-244 H/ 802-858), nama aslinya adalah Abu Yusuf Yaqub bin Ishaq. Sebenarnya Al-Sikkit adalah gelar ayahnya. Gelar disematkan kepada ayahnya sebab ia pendiam. Ibnu Sikkit banyak menulis kamus-kamus ma'ani (tematik) antara lain:  Al-Adhdadh (antonim), Al-Hasyarat (serangga), Al-Nabaat (tumbuhan), Al-Wahsy (binatang buas), Al-Ibil (unta), Al-Isytiqaq (derivasi), Al-Aswaat wa Al-Alfadz (Suara dan Lafal) dan beberapa karya lainnya. Semua karya tulis berjumlah 40judul buku.  Karya terbesarnya, berjudul Ishlah Al-Mantiq, sebuah buku yang memuat ilmu bahasa dan logika yang paling baik di Baghdad pada era Ibnu Sikkit.

Semoga bermanfaat..

Latar Belakang Penyusunan Kamus Arab



Tidak dipungkiri, setiap negara di dunia yang memiliki bahasa pasti punya kamus, tidak ketinggalan juga dengan bahasa arab yang juga memiliki kamus, tapi latar belakang setiap negara biasanya berbeda dalam membuat kamus. Berikut ini adalah latar belakang pembuatan kamus Arab.

1. Kebutuhan bangsa Arab untuk menafsirkan ayat - ayat Al-Qur'an.

Kedatangan islam mengubah makna beberapa kata, dan memasukkan kata-kata baru yang maknanya juga baru. Pemakaian Al-Qur'an menentukan perubahan ini. Sejumlah kata juga mendapatkan konotasi yuristik baru, konotasi keagamaan, etika, politik, ekonomi, atau sosial, menyusul definisi syariat atau persyaratan etika pribadi dan/atau sosial islam. Semua ini perlu diketahui oleh kaum Muslim yang berbahasa Arab maupun tidak.
Peralihan dari makna lama ke makna baru lebih mudah ditangkap oleh masyarakat berbahasa Arab Jazirah. Peralihan ini semakin sulit ditangkap oleh orang yang tanggung penguasaannya akan bahasa ini di provinsi - provinsi yang bersebelahan dengan Jazirah Arab. Padahal, merwka amat bersemangat untuk mempelajari kandungan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Hal ini yang mendasari para ulama mengkodifikasi dan menyusun kamus - kamus bahasa Arab.

2. Keinginan untuk menjaga eksistensi bahasa mereka dalam bentuk tulisan.

Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dan asimilasi antara orang Arab dan Non-Arab,  ikut mempengaruhi tersebarnya  lahn atau dialek-dialek yang menyimpang. Ulama tafsir dan pakar bahasa berusaha keras memerangi lahn dengan berbagai upaya untuk menjaga Al-Qur'an. Bahkan, pada pertengahan abad ke-2 Hijriyah takala era tabiin semakin berkurang kualitasnya, maka bahasa arab telah atau hampir-hampir berubah menjadi non-Arab (a'jam) karena derasnya penyebaran lahn dan penggunaan bahasa amiyah. Maka, tidak ada cara yang bisa melindungi bahasa Aran kecuali dengan mengkodifikasinya. Sekalipun, sikap meninggalkan lahn dan beralih kebahasa 'Badui', menyebabkan hilangnya kebebasan membuat dialek dan bahasa interaksi.

3. Banyaknya buku - buku tafsir pada awal kodifikasi Al - Qur'an dan Hadits tentang gharaib ( kata - kata asing ).

Misalnya, Gharib Al-Hadis karya Abu Muhammad Abdullah Bin Muslim Bin Qutaibah ( w.276 H), Gharib Al-Hadis karya Abu Ubaid Al-Qasim Bin Salman Al-Harawy (w.224 H), Ma'ani Al-Qur'an karya Abu Ja'far Al-Nuhhas ( w. 338 H ) ,dan lain sebagainnya.

4. Munculnya ilmu - ilmu metodologi pertama dalam islam.

Perkembangan kebudayaan dan pemikiran islam, terutama pada masa pemerintahan Bani Abbas melahirkan berbagai disiplin ilmu dan karya -karya Ilmiah. Semua ini tidak lepas dari perkembangan bahasa Arab. Asimilasi antara Arab dan Non-Arab berlangsung efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa diluar Arab memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam, sehingga muncul ilmu metodologis semisal Ilmu Tata Bahas, Ilmu Tafsir, Ilmu Nahwu, IlmuI Balagah, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, dan lain sebagainya, yang kesemuanya bertujuan untuk memelihara dan menjaga Al-Qur'an,  sekaligus menggali kandungannya. Selain itu, gerakan terjemahan juga mendorong pekembangan kamus-kamus terjemahan dikalangan bangsa Arab.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat..