Search This Blog

Monday, March 28, 2016

Eka Nanlohy-Kesenian Kebudayaan Ambon

KESENIAN BUDAYA AMBON




OLEH :
EKA DIAN ASIH NANLOHY





 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
T.A 2015/2016




KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga  saya  dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kesenian Budaya Ambon tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Tulisan Jawie di Universitas Sumatera Utara.
Saya merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, saya berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi saya maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.




Medan, 22 November 2015

Eka Dian Asih Nanlohy
 BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Begitu banyak budaya yang ada di negeri Indonesia ini. Dari Sabang sampai Marauke berjejer pulau  pulau, dimana setiap pulau memiliki wilayah, disetiap wilayah memiliki berbagai macam suku dan budaya. Suku dan budaya disetiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri, jika ada ciri khas tentu kesenian di berbagai daerah pun berbeda. Dimana suku ambon adalah suku saya sendiri, maka dari itulah saya mengangkat judul tentang Kesenian Budaya Ambon.

Saya yang tinggal di Sumatera Utara khususnya Kota Medan sangatlah jauh dari kampong halaman di Ambon, Maluku. Sangat jarang ada yang mengetahui budaya Ambon, terutama masyarakat Medan, maka dari itulah makalah ini saya buat untuk memperkenalkan kesenian budaya Ambon kepada pembaca.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut:

Bagaimana sejarah Ambon?
Apa saja Kesenian Budaya Ambon?
Bagaimana Busana Tradisional Ambon?
Apa saja alat Music Tradisional Ambon?
Apa saja Tarian Tradisional Ambon?
Apa saja Lagu Tradisional Ambon ?


1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui sejarah ambon
Mengetahui kesenian ambon
Mengetahui busana tradisional ambon
Mengetahui alat music tradisional ambon
Mengetahui tarian tradisional ambon
Mengetahui lagu tradisional ambon
BAB II
KESENIAN BUDAYA AMBON

2.1 SEJARAH SUKU AMBON
Kota Ambon mulai berkembang semenjak kedatangan Portugis di tahun 1513, kemudian sekitar tahun 1575, penguasa Portugis mengerahkan penduduk di sekitarnya untuk membangun benteng Kota Laha atau Ferangi yang diberi nama waktu itu Nossa Senhora de Anunciada di dataran Honipopu. Dalam perkembangannya sekelompok masyarakat pekerja yang membangun benteng tersebut mendirikan perkampungan yang disebut Soa, kelompok masyarakat inilah yang menjadi dasar dari pembentukan kota Ambon kemudian (Cita de Amboina dalam bahasa Spanyol atau Cidado do Amboino dalam bahasa Portugis ) karena di dalam perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut sudah menjadi masyarakat geneologis teritorial yang teratur.
Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda dan diberi nama Nieuw Victoria (terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri). Benteng ini merupakan tempat dimana Pattimura dieksekusi. Pahlawan Nasional Slamet Rijadi juga gugur di benteng ini dalam pertempuran melawan pasukan Republik Maluku Selatan.
Kota Ambon atau Amboina atau Ambonese atau Amq (Kadang dieja sebagai Ambong atau Ambuni) adalah sebuah kota dan sekaligus ibu kota dari provinsi Maluku, Indonesia.
Kota ini dikenal juga dengan nama Ambon Manise yang berarti Kota Ambon Yang Indah/Manis/Cantik, merupakan Kota terbesar di wilayah kepulauan Maluku dan menjadi sentral bagi wilayah kepulauan Maluku. Saat ini kota Ambon menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di wilayah kepulauan Maluku.
Kota Ambon berbatasan dengan Laut Banda disebelah selatan dan dengan kabupaten Maluku Tengah di sebelah timur (pulau-pulau Lease yang terdiri atas pulau-pulau Haruku, pulau Saparua, pulau Molana, pulau Pombo dan pulau Nusalaut), di sebelah barat (petuanan negeri Hila, Leihitu, Maluku Tengah dan Kaitetu, Leihitu, Maluku Tengah yang masuk dalam kecamatan Leihitu, Maluku Tengah) dan di sebelah utara (kecamatan Salahutu, Maluku Tengah).
Kota ini tergolong sebagai salah satu kota utama dan kota besar diregion pembangunan Indonesia Timur dilihat dari aspek perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Ambon, sempat diguncang kerusuhan sosial bermotifkan SARA antara tahun 1996-2002. Namun, sekarang Ambon Manise sudah berbenah diri menjadi kota yang lebih maju dan dilirik sebagai kota internasional di Indonesia Timur.

Dilihat dari aspek demografis dan etnisitas, kota Ambon ini merupakan potret kota yang plural. Dimana dikota ini berdiam etnis-etnis Alifuru (asli Maluku), Jawa, Bali, BBM (Buton-Bugis-Makassar), Papua, Melayu, Minahasa, Minang, Flobamora (Suku-suku Flores, Sumba, Alor dan Timor) dan tentunya orang-orang keturunan asing (Komunitas peranakan Tionghoa, komunitas Arab-Ambon,komunitas Spanyol-Ambon, komunitas Portugis-Ambon dan komunitas Belanda-Ambon).
Saat ini, kota Ambon terbagi atas 5 kecamatan yaitu Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Teluk Banguala dan Leitimur Selatan, yang terbagi lagi atas 50 keluarahan-desa


2.2 BUSANA TRADISIONAL AMBON
     Ambon merupakan ibukota propinsi Maluku yang berada dikawasan Maluku Tengah. Keberadaan busana adat Ambon, tidak hanya didominasi oleh busana yang dikenakan pada saat menghadiri upacara-upacara saja, melainkan tampak juga dalam busana seharihari. Meskipun busana adat yang biasa dipakai dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari termasuk jarang digunakan lagi saat ini, keberadaannya tetap penting untuk diungkapkan sebagai gambaran kekhasan busana mereka di masa lalu.
Ada beberapa contoh busana yang pada zaman dahulu pernah menjadi busana sehari-hari yang digunakan untuk bekerja atau dirumah.
Celana kes atau hansop, yakni celana anak-anak yang dibuat dari beraneka macam kain dan dijahit sesuai dengan selera masing-masing.
Kebaya manampal, yaitu kebaya cita berlengan hingga sikut yang dijahit dengan cara menambal beberapa potong kain yang telah diatur dan disusun sedemikian rupa dengan rapih. Kebaya jenis ini bisanya berpasangan dengan kain palekat, yang sudah tidak dipakai untuk berpergian oleh kaum wanita. Kebaya manapal yang sudah tampak jelek atau sudah tidak pantas lagi untuk dikenakan di rumah, biasanya dipakai sebagai busana kerjayang disebut kebaya waong. Bila mereka akan bepergian, jenis busananya masih tetap berupa kebaya cita berlengan panjang hingga ujung jari yang kemudian dilipat, lengkap dengan kain pelekat. Selain busana sehari-hari yang telah disebutkan tadi, masih ada lagi busana lain yang khususnya dipakai oleh untuk kaum wanita yang merupakan pendatang dari kepulauan Lease dan telah menetap di Ambon ratusan tahun lamanya. Mereka biasanya mengenakan
  Baju cele, yakni sejenis kebaya berlengan pendek, dari bagian leher ke arah dada terbelah sepanjang 15 sentimeter tanpa  kancing. kancing.Bila akan bepergian, mereka akan melengkapinya dengan sapu tangan. Untuk busana kerja di rumah atau dikebun, baju cele tersebut dijahit dengan panjang lengan hingga sikut, atau masyarakat menyebutnya baju cele tangan sepanggal.
  Sementara itu kaum pria di Ambon mengenakan busana yang terdiri atas baju kurung yang berlengan pendek dan tidak berkancing, dilengkapi dengan celana kartou yakni celana yang pada bagian atasnya terdapat tali yang dapat ditarik dan diikatkan. Khusus untuk kaum pria yang telah lanjut usia, celana yang dipakainya disebut celana Makasar yang panjangnya sedikit dibawah lutut dan sangat longgar. Sedangkan busana yang dikenakan pada saat bepergian, biasanya terdiri atas
Baju baniang yakni baju berbentuk kemeja yang berlengan panjang dan berkancing, dengan leher agak tertutup. Pasangannya adalah celana panjang berikut topi yang dikenakan di kepala. Penampilan gaya berbusana warga masyarakat Ambon pada saat menghadiri upacara adat clan upacara keagamaan berbeda dengan yang dikenakan sehari-hari. Walaupun model bajunya sama, tapi kualitas bahan yang digunakan berbeda.
Busana adat yang dikenakan dalam kesempatan tersebut biasanya hitam polos atau warna dasar hitam. Kecuali pada saat upacara sidi yakni upacara pengukuhan pemuda clan pemudi untuk menjadi pengiring Kristus yang setia. Pada saat itu busana hitam ini ditabukan atau dilarang digunakan.
Busana dalam upacara keagamaan biasanya lebih lengkap lagi. Busana wanitanya terdiri atas baju dan kain hitam atau kebaya dan kain hitam. Dilengkapi dengan kaeng pikol, yakni kain hitam berhiaskan manik-manik yang disandang di bahu kiri; kole, yakni baju dalam atau kutang yang dipakai sebelum mengenakan baju atau kebaya hitam; lenso pinggang, yakni sapu tangan berwarna putih yang kini telah jarang diletakkan di pinggang melainkan hanya dipegang saja. Sementara itu busana prianya terdiri atas baniang, kebaya hitam, dan celana panjang, Jenis busana lain, khususnya dalam upacara sidi, dipakai oleh kaum remaja yang berasal dari golongan bangsawan diantaranya baju tangan kancing, yakni baju cele berlengan panjang dengan kancing padapergelangan tangannya; busana rok, yang terdiri atas kebaya putih berlengan panjang dan berkancing pada pergelangannya, pending pengikat pinggang yang terbuat dari perak, bersepatu dengan kauskaki putih; dan seperangkat busana yang terdiri atas baju putih panjang, sepatu berwarna putih, dan kaus tangan berwarna putih. Adapun busana yang dikenakan pada saat berlangsung upacara adat seperti pelantikan raja, pembersihan negeri, penerimaan tamu, dan lain-lain pada dasarnya hampir sama. Hanya ada penambahan tertentu pada kelengkapan busana mereka. Busana raja terdiri atas baju hitam, celana hitam, lenso bodasi dililitkan di leher, patala disalempang di dada, patala di pinggang, dan topi. Begitu pula kaum wanitanya yang memakai baju hitam seperti baju cele . Paratua-tua adat mengenakan baju hitam, celana panjang atau celana Makasar, salempang, ikat poro atau ikat pinggang. Sedangkan pria dewasa lainnya hanya mengenakan baju hitam dan celana panjang hitam tanpa menggunakan alas kaki.




2.3 ALAT MUSIK
1. TIFA
TIFA, merupakan alat musik khas dari Maluku dan Papua. Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan juga dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa biasanya digunakan untuk mengiringi tarian perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga dengan alat musik totobuang, tarian tradisional suku Asmat dan tari Gatsi.
Alat musik tifa dari Maluku memiliki nama lain, seperti tahito atau tihal yang digunakan di wilayah-wilayah Maluku Tengah. Sedangkan, di pulau Aru, tifa memiliki nama lain yaitu titir. Jenisnya ada yang berbentuk seperti drum dengan tongkat yang seperti yang digunakan di Masjid . Badan kerangkanya terbuat dari kayu yang dilapisi rotan sebagai pengikatnya dan bentuknya berbeda-beda berdasarkan daerah asalnya.
2. UKULELE
Ukulele adalah alat musik sejenis gitar namun lebih kecil ukuranya, sekitar 20 inci. Dan merupakan alat musik asli Hawaii yang ditemukan pada tahun 1879. Di Hawaii Konon Ukulele ditemukan pada tahun 1879, pada waktu itu suatu perjalanan para imigran Portugis dari Madeira (Azores)yang berjumlah sekitar 20.000 orang tiba di Honolulu, Hawaii. Mereka bekerja sebagai buruh diperkebunan tebu.Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, Joao Fernandes bermaksud merayakan kedatangan para imigran itu.  Setelah merapat di di dermaga Honolulu, Joao memainkan sebuah alat musik petik bernama braginho sambil menyanyikan lagu-lagu tanah kelahirannya. Orang-orang asli Kepulauan Hawaii yang berada di dermaga itu langsung dibuat kagum dengan suara unik Braginho. Sejak itu, kepopuleran Braginho cepat menyebar di seluruh Hawaii. Ratu Kerajaan Hawaii, Liluokalani, menyebut alat musik tersebut dengan nama Ukulele. Dalam bahasa Hawaii uku berarti hadiah dan lele yang berarti datang kesini. Ukulele pun menjadi alat musik pengiring upacara kerajaan dan tarian-tarian Hawaii. Penyebaran Ukulele pun berkembang hingga ke Indonesia, Ukulele dibawa ke Palau Ambon.






2.4 TARIAN TRADISIONAL
1. TARIAN KATREJI
Tari Katreji adalah tarian asal Portugis dipakai untuk acara ramah tamah. Tarian Katreji merupakan salah satu tarian khas dari daerah ambon tarian ini juga merupakan penggambaran pergaulan anak muda. Tari Katreji dimainkan secara berpasangan antara wanita dan pria dengan gerakan bervariasi yang enerjik dan menarik. Tari ini hampir sama dengan tari-tarian Eropa pada umumnya karena Katreji juga merupakan suatu akulturasi dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku. Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses biligualisme. Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang. Tarian ini biasanya dibawakan saat pembukaan pesta seperti kawinan, perayaan hari-hari besar Maluku atau perayaan/upacara adat. Selain Katreji, pengaruh Eropa yang terkenal adalah Polonaise yang biasanya dilakukan orang Maluku pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.
2. TARI ORLAPEI
Tari ini bernama tari orlapei. Tarian ini adalah tarian penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara negeri atau desa di Maluku. Tarian yang tampak memesona ini menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh masyarakat atas kedatangan tamu kehormatan di negeri atau desanya. Selain itu, tarian yang diiringi alat musik tradisional rakyat Maluku, yakni tifa, suling bambu, ukulele dan gitar, menjadi ungkapan selamat datang.
Kombinasi pola lantai, gerak, ritme musik, memperkuat ungkapan betapa seluruh masyarakat setempat merasa senang dengan hadirnya tamu kehormatan. Tarian yang dimainkan begitu serasi, energik, dan dinamis, memancarkan aura persahabatan, perdamaian, dan kebersamaan
3. TARI PERANG
Tarian ini sering digunakan masyarakat pada acara adat tertentu, termasuk menyambut kehadiran tamu-tamu asing dan pejabat daerah yang melakukan kunjungan resmi, Para pendukung tari terdiri dari 15 orang pria dan wanita dipimpin seorang kapitan (panglima perang) menggunakan tombak, parang dan salawaku (perisai) menari-nari sambil diiringi tabuhan tifa dan totobuang.
Tarian ini memiliki filosofi peperangan, maka dari itu warna pakaian yang dipilih bagi penari pria adalah merah yang berarti berani dan bersemangat. Merah juga melambangkan jiwa patriotisme, serta heroisme kepada tanah maluku. Aksesoris berupa pedang dan tameng juga semakin melengkapi kesan heroik tersebut. Dan juga ada teriakan-teriakan dari para penari, yang arti teriakannya adalah sebagai simbol protes terhadap pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KESIMPULAN

Suku Ambon adalah salah satu suku yang terdapat di Indonesia.Suku Ambon memiliki kebudayaan yang banyak, suku Ambon memiliki banyak tarian tradisional,  alat music tradisional dan memiliki pakaian tradisional serta lagu tradisional suku ambon.


3.2 SARAN

Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih banyak budaya di Indonesia
 pembaca lebih memahami serta mengetahui suku ambon  lebih dekat.
 DAFTAR PUSTAKA


http://subarryyayi.blogspot.com
http://wartamerdeka.com
http://www.anneahira.com
http://siswa.univpancasila.ac.id
http://damarsih.blogspot.com



No comments:

Post a Comment