1. Khalil Bin Ahmad Al-Farahidi
Nama lengkapnya, Abdurrahman Khalil bin Ahmad bin Amr bin Tamim Al-Farahidi Al-Bashri (100-170H/ 718-786M). Khalil asli berkebangsaan Arab, lahir didesa Azad, Oman. Akan tetapi iya tumbuh besar dan belajar ilmu-ilmu agama di kota Basrah, Irak. Dalam beberapa buku, Khalil lebih sering dikenal dengan Al - Farahidi. Gelar ini dinisbatkan kepada kabilah nenek moyangnya, yaitu Farhud, salah satu kabilah di desa Azad, Oman.
Khalil bin Ahmad Alfarahidi Khalil adalah seseorang yang dikaruniai dengan kecerdasan otak dan daya kreativitas yang tinggi oleh Allah SWT. Ia adalah pecinta ilmu yang sejati . Terbukti , ia gemar berkelana dari satu desa ke desa lain yang jaraknya berjauhan hanya untuk mengambil periwayatan lain dari penduduk desa demi memahami satu makna kata. Teori-teorinya banyak terbentuk dari hasil penelitian Ilmiah di lapangan. Khalil rela bergaul dengan penduduk Arab Badui di pedalaman untuk memahami makna bahasa. Hidupnya habis demi perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab. Pada akhirnya, Khalil pun tumbuh menjadi salah satu ulama terbesar di bidang ilmu bahasa Arab. Ia adalah ulama yang menguasai ilmu nahwu(sintaks), bahasa(Linguistik),dan satra Arab. Selain itu, ia juga mumpuni di bidang ilmu matematika, ilmu syariat(hukum Islam), dan seni musik. Melalui karyanya yang berjudul Mu’jam Al ‘Ain, Khalil dikenal sebagai peletak dasar-dasar leksikologi, sehingga tak berlebihan jika Khalil disebut sebagai ‘Bapak Leksikolog Arab’.
2. Abu Amr Al-Syaibani
Abu Amr Ishaq Bin Murar Al-Syaibani (110-106H/728-821M) lahir di desa Ramadah, dekat dengan kota Kufah. Ibunya berasal dari Suku Nabtiyah dan nasabnya bersambung ke Bani Syaiban. Dari Kufah, Abu Amr pindah ke kota Baghdad dan menetap disana hingga meninggal dunia. Guru Abu Amr yang paling terkenal adalah Al-Mufaddhal Al-Dhabi dan Al-Muhaddits Rukn Al-Syami. sedangkan murid - murid Abu Amr, antara lain: Amr ( putranya sendiri), Imam Ahmad bin Hambal, Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam.
Abu Amr Al-Syaibani juga tercatat sebagai penyusun kamus tematik pertama dalam sejarah leksikologi Arab. Beberapa karyanya antara lain, Kamus Al-Jim, Al-Khail, Al-Lughaat, Al-Nawadir Al-Kabir, Gharib Al-Hadis, Al-Nahlah, Al-Ibil, Khalq Al-Insan. Dari sekian judul bukunya , Kitab Al-Huruut fi Al-Lughah atau yang dikenal Kitab Al-Jim adalah kamus yang memiliki pengaruh besar terhadap pengembangan leksikologi bahasa Arab. Kamus Al-Jim adalah kamus makna yang disusun secara tematik.
3. Abu Mansyur Al- Azhari Al-Hawari
Nama Lengkapnya, Abu Mansyur Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhari Al-Hawari (282-370 H/ 895-981 M). Diberi gelar " Al-Hawari", karena ia lahir dan wafat didesa Hirapa h, Khurasan. Sedangkan nama populernya adalah Al-Azhari. Nama ini dinisbatkan kepada kakeknya yang bernama Al-Azhar, seorang ulama fiqih terkemuka di Khurasan. Abu Mansyur Al-Azhari tumbuh besar didaerah Qaramithah, sebuah kawasan di Hawazin dimana penduduknya selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Arab fushah.
Ibnu Mandzur, penyusunan kamus Lisan Al-Arab, berpendapat, " Untuk kitab-kitab bahasa, belum pernah ku temukan kitab seindah Tahdzib Al-Lughah karya Al-Azhari dan selengkap kamus Al-Muhkam karya Ibnu Sidah. Sedangkan kamus - kamus selain itu hanya kelas dua". Kamus karya Al-Azhari berjudul Tahdzib Al-Lugahah. Menurut Al-Zamakhsyari, kamus itu disusun oleh Al-Ajhari setelah ia berusia 70 tahun. Karya Al-Azhari adalah kamus yang menggunakan sistematika fonetik (nizam al-sawti) seperti kamus Al-Ain karya Khalil.
4. Ismail bin Qasim Al-Qali Al-Baghdadi
Ismail bin Qasim bin Harun (901-967 M) lahir dan tumbuh besar di Manzjarad yang terletak didaerah Furat Timur, dekat Bahirah, Baghdad. Gelar Al-Qali dibelakang namanya, karena ia bergaul dengan kabilah bernama Qali Qali di Baghdad. Sedangkan julukan Al-Baghdadi ditunjukkan oleh penduduk Andalusia kepada Ismail bin Qasim setelah ia Ismail tiba dan menetap disana.
Karya Ismail Al-Baghdadi bernama kamus Al-Bari' kamus pertama yang muncul didaerah Andalusia. Selain itu, ia juga menulis kitab berjudul, Al-Nawadir, Al-Maqsud wa Al-Mahmud wa Al-Mahmuz, semuanya tentang ilmu tatabahasa Arab. Ismail Al-Baghdadi merupakan salah satu dari murid Ibnu Duraid, penulis kamus Al-Jamharah.
5. Ibnu Duraid
Nama lengkapnya Muhammad bin Al-Hasan bin Duraid Al-Azri (321-233 H/ 838-933M). Ibnu Duraid lahir di Basrah, lalu pindah ke Oman lalu menetap disana selama 12 tahun, kemudian kembali lagi ke Baghdad, Irak. Ibnu Duraid dikenal sebagai pakar bahasa dan sastra Arab.
Kamus Al-Jamhara karya Ibnu Dumaraid merupakan kamus pertama yang menggunakan sistem alfabetis khusus. Ia berani tampil beda dengan mengesampingkan model-model kamus fonetik yang kala itu yang berkiblat pada kaus Al-‘Ain karya Kholil. Namun, materi-materi dalam kamusnya Ibnu Duraid banyak mengambil dari kamus Al-‘Ain. Bahkan, dalam hal penjelasn(syarah) gaya bahasa(uslub) dan rgumentasi(istisyad), antara kamus Al-Jamhara dan kamus Al-‘Ain dapat dikatakan sama. Kamus Al-Jamharah dapat dikatakan bahwa kurang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan leksikografi bahasa arab. Sistematika urutan alfabetis hijaiyahyang diusung Ibnu Duraid hanya mengekor pada kreasiNatsr bin Ashim yang sebelumnya telah menyusun huruf hijaiyah dari alif hingga ya’.
Karya Ibnu Duraid adalah Kamus Al-Jamharah atau jamaharah Al-Lughah sebanyam tiga jilid, karya-karya lain Ibnu Duraid adalah Al-Isytiqaq (Ilmu tentang nasab), Al-Maqshur wa Al-Mamdud ( Ilmu sharaf), Al-Mujtaba, Taqwim Al-Lisan, Dakhair Al-Hikmah, Shifah Al-Siraj wa Al-Lijam, Al-Malahin, Al-Sahab wa Al-Ghaits, Adab Al-Katib, Al-Amaly, Al-Wisyah, Zuwar Al-Arab, dan Al-Lughaat.
6. Ibnu Faris Al-Razi
Abu husain bin Faris binZakariya bin Hubaib Al-Qozwini Al-Razi(329-395H/941-1004M). Ada pendapat lain yang mengatakanbahwa nama aslinya adalah Ahmadbin Zakaria bin Faris. Ibnu Farislahir didaerah Ristaq al-Zahra’, sebuah kampung yang termasuk bagian dari desa Karsifah dan Jiyanabaz diwilayah Qozwin. Semua ulama sepakat, bahwa Ibnu Faris meninggal dunia dikota raid makamnya berhadap dengan Abul Hasan Ali bin AbdulAziz Al-Jurjani. Tahun wafatnya ibnu Faris masih diperselisihkan, ada yang mengatakan bahwa Ibnu Faris meninggal pada tahun360 H, ada yang mengatakan 369H, 375H dan 390H. Sebagaimana ilmuan lainnya, Ibnu Faris juga gemar mencari ilmu. Tempat yang paling lama didiami adalah kota Hamzan sebelum pada akhirnya ia pindah ke kota Raid dan meninngal disana.
Guru yang paling berperan dalam membentuk keprobadian Ibnu Faris adal ayahnya sendiri, yaitu Faris bin Zakaria. Seorang fakih ahli bahasa juga sastrawan. Ibnu Faris banyak belajar fiqih madzhab syafi’i dari ayahnya dan ia pun menjadi penganut madzhab syafi’iyah. walaupun akhirnya ia pindah kemadzhab malikiyah ketika ia tinggal di raid.
Ibnu Faris bukan hanya mumpuni dibidang leksikologi dan ilmu bahasa saja, mnamu ia adalah ulama yang memiliki kemampuan yang lengkap diberbagai biadang.hal itu dapat dilihat dari karya-karya tulisannya yang menckup berbagai bidang ilmu. Paling tidak ada 45 buku yang ditulis oleh Ibnu Faris.Diantaranya, al-ittiba’, al-amaly serta masih banyak yang lainnya.
7. Ibnu Jinni
Nama lengkap Ibnu Jinni adalah Abul Fath Utsman bin Jinni Al-Mushily(320-390 H/932-1001 M). Ia adalah ulama terkenal di bidang ilu nahwu dan sastra . Masa kecilnya dihabiskan di kota Mosul, Irak, Konon, ayahnya bekerja sebagai pembantu setia seorang hakim di Mosul bernama Sulaiman bin Fahd Al-Azdi. Sekalipun demikian ,status sosial itu tidak menyurutkan Ibnu Jinni menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya.
Sejak kecil ia dianugerahi ghira ilmiah atau semangat kuat untuk belajar dari para syekh yang ada didaerah kelahirannya. Hampir semua halaqah (majelis taklim) dihadiri ibnu jinni untuk menuntut ilmu dari para pengasuh dan syekh yang ahli dibidangnya masing-masing. Diusianya yang masih belia, 17 tahun ia telah menguasai ilmu sharaf. Hingga ibnu jinni berkenalan dengan seorang syekh bernama Abu AliAl-Farisi yang dikenal sebagai pakar ilmu bahasadan nahwu dizamannya. Sejak itu Ibnu Jinni hanya menetapkan pilihannya hanya belajar kepada Abu Ali Al-Farisi da meninggalkan halaqah lainnya. Ibnu Jinni menjadi murid setia Abu Ali Al-Farisi hinngga ia mewarisi ilmu dari gurunya.
Ibnu Jinni dan gurunya pindah kekota halb, ibu kota Bani Hamdan. Disana mereka tinggal selama 5 tahun dan mendiri kan mejelis taklimyang dihadiri para ulama lainnya. Dikota itu pula Ibnu Jinnidan gurunya berkenalan akrab dengan Al-mutabbi, salah satu pakar bahasa. kemudian Ibnu Jinni dangurunya berpindah ke Damaskus, lalu ke Bagdad untuk melanjutkan misi dakwah dan taklim
Karya ilmiah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Namun, bukunya yang paling populer hingga kini adalah Al Khashaish, sebuah buku yang isinya komprehensip meliputi dasar-dasar ilmu nahwu , kaidah usul fiqh , dan nahwu, dan analisi leksikologis terhadap makna-makna kosakata bahasa Arab. Buku yang terdiri dari 162 bab ini , pernah ia hadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buhaiwi, tepatnya setelah guru Ibnu Jinni meninggal dunia. Di bidang fiqih , Ibnu Jinni mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di bidang aqidah , ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke mazhab ulama Bashrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang kontroversin di dalam kitab al Khashaish, antara lain: kritiknys terhadap kekurangan Al-kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang menyatakan bahwani ilmu bahasa Arab termasuk akidah Islam.
Dibidang Fiqh Ibnu Jinni mengikuti Madzhab Imam Hanafi. Dibidang akidah, ia lebihmemilih sebagai pengikut mu’tazilah dan di bidang ilmu nahwunya condong ke madzhab ulama Basrah. Beberapa pendapat Ibnu Jinni yang mengundang konteroversi didalam kitab Khasaish, antara lain kritiknya terhadap Al-Kitab karya Sibawaih dan pendapatnya yang bahwa ilmu bahasa arab termasuk kaidah islam.
8. Ismail bin Hammad Al-Jauhan
Ismail bin Hammad Al-Jauhan(w. 393H/1003M) berasal dari desa Farab. Ia telah masuk keIrak, lalu ia berkelana ke Hijaz menuju kepedalaman desa-desa badui untuk mempelajari dialek bangsa arab dan syair-syair asli gabungan penduduk desa(badui) yang masih memilki tingkat kebahsaan yang fasih dan tidak berkontaminasi pengaruh dialek dari para pendatang. Setelah lama berkelana, ia kembali ke khurasandan menetap dinaisabur.
Selain dikenal sebagai pakar bahasa arab yang kreatif dan leksikolog karena karyanya, kamus Al-Shaiha Fi Al-Lughah sebanyak 2 jild, ia juga dikenal sebagai orang yang meninggal dunia karena “kreatifitasnya” sendiri. Konon Al-Jauhari memannggil penduduk Nasyabur untuk memperkenalkan salah satu karyanya berupa alat terbang. Kala itu, ia mengikat tangannya dengan kayu lebar seperti sayapburung, lalu ia segera menyepak-nyepakkan kedua tangannya layaknya burung yang akan terbang. Kemudian, ia berhasil terbang keangkasa, namun akhirnya ia terjatuh karena kehabisan tenaga, lalu ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Kamus Al-Shihah sebagai kamus pertama yang memperkenalkan sistem Al-Qafiyah jelas mendapat perhatian besar dikalangan ulama. Kontribusi sistem ini, dinilai amat membantu bagi para sastrawan dalam menyusun maupun memahami sajak dan syair maupun prosa bahasa arab. Sambutan para ulama itu dbuktikan dengan munculnya buku-buku lain yang berusaha meneliti kamus Al-Shihah.
Beberapa ulama ada yang sekedar menulis buku untuk memberi komentar atau tambahan(taliqat), bahkan ada yang memberikan kritikan, ataupun ada yang berusaha membuat ringkasan (ikhtisar) sebagai buntuk pengakuan dan penghargaan terhadap kamus tersebut.
9. Ibnu Mandzur Al-Afriqi
Nama lengkapnya, Muhammad bin Mukharram bin Ahmad bin Habqah Al-Ansari Al-Ifriqy (630-711 H/ 1232-1311 M). Ibnu Mandzur lahir di Kairo. Pendapat lain menyebutkan ia lahir di Tharablis. Ibnu Munndzir adalah seorang pakar dibidang bahasa Arab, sejarah dan fiqih. Kehebatan Ibnu Mundzir tampak pada karya tulisnya bernama Kamus Lisan Al-'Arab, sebuah kamus yang paling besar dan lengkap di zamannya yang sanggup menampung semua kandungan dari kamus-kamus sebelumnya.
Karya tulis Ibnu Mundzir, yaitu: Mukhtashar Al-Aghani, Mukhtashar Tarikh Baghdad ( Al-Khatib Al-Baghdady), Mukhtashar Tarikh Dimasyqa (Ibnu Asakir), Mukhtashar Mufradaat Ibnu Baythar, Mukhtashar Al-Aqd Al- Farid (Ibnu Abdu Rabbih), Mukhtashar Al-Hayawan (Al-Jahidz), Mukhtashar Yatimah Al-Dahr ( Al-Tsa'aliby), Mukhtashar Nisyawan Al- Muhadharah ( Al-Tanawwukhi) dan Mukhtashar Al-Dakhirah.
10. Muhammad bin Ya'qub Al-Fairuzabadi
Nama lengkap penyusun Kamus Al-Qomus Al-Muhit ini adalah Abu Thahir Majduddin Muhammad bin Ya'qub bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar Al-Syairazi Al-Fairuzabadi (729-817H/1319-1415 M). Ia lebih populer dengan sebutan Al- Fairuzabadi. Pakar bahasa ini lahir di kota Karzen,Syairaz, sebuah wilayah di negeri Persia pada tahun 729 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan Mongol yang telah menakhlukan Baghdad sejak tahun 656 Hijriyah hingga Dinasti Ottoman mampu menguasai Mesir tahun 923 hijriyah. Al-Faoruzabadi lahir 18 tahun sejak kemangkatan Ibnu Mandzur, penyusun kamus Lisan Al-'Arab.
Karya Al-Fairuzabadi Al-Qamuus Al-Muhit termasuk kamus besar bahasa Arab yang mendapat sambutan luar biasa dari para ulama. Ada yang memberi penjelasan (syarah), kritik (naqd), pembelaan (difa'), dan juga ringkasan ( ikhtishar). Penggunaan istilah Al-Qamuus yang dipopulerkan Al-Fairuzabadi sebagai judul karyanya tersebut, mampu menggantikan istilah mu'jam yang telah diperkenalkan Khalil.
11. Butrus Al-Bustani
Butrus Al-Bustani lahir pada tahun 1819 di sebuah desa bernama Dibyah, bagian dari Syuf, Libanon. Sejak kecil, ia telah gemar belajar ilmu-ilmu agama, terutama ilmu bahasa. Masa belajarnya dimulai dibangku madrasah bernama Ain Waraqh, sebuah madrasah terbesar di daerah Syuf. Bustrus Al-Bustani tergolong ulama yang produktif. Ia mampu menulis karya ilmiah yang memberi kontribusi keilmuwan bagi generasi sesudahnya. Ia bahkan pernah menerjemahkan kitab Taurat. Karyanya meliputi berbagai bidang ilmu, seperti: morfologi, sintaksis, linguistik, sastra, dan sebagainya, termasuk makalah, ceramah, dan materi khutbah yang biasa diterbitkan di berbagai majalah dan surat kabar. Namun bukunya yang paling terkenal adalah Ensiklopedia Dairatul Ma'arif dan Kamus Besar Muhith Al-Muhit
12. Lewis bin Nuqala
Lewis bin Nuqala Dhahir Al-Ma'ruf (1867-1946) lahir dikota Zahlah, Libanon. Ia adalah salah seorang pastor dan penganut kristus. Ia mulai stufi lanjitannya belajar di Fakultas Kristen di Beirud. Lalu, ia belajar ilmu filsafat di Inggris dan melanjutkan ke Prancis untuk belajar Teologi. Lewis mampu berkomunikasi dalam bahasa asing. Pada tahun 1906, ia diangkat menjadi direktur surat kabar Al-Basyir. Lewis meninggal di Beirut pada tahun 1906.
Karya Lewis yang hingga kini masih populer dan telah dicetak berulang kali adalah kamus Al-Munjid. Namun sebenarnya materi yang ada dikamus Al-Munjid banyak mengambil dari kamus Muhith Al-muhith (Butrus) hingga kamus Al-Munjid lebih dikenal sebagai ringkasan Muhith Al-Muhith.
13. Abdullah Al-'Ulayali
Syekh Abdullah Al-'Ulayali adalah salah satu guru besar dibidang bahasa dan fiqih. Ia lahir dikota Bairut, Libanon, pada tahun 1914. Ia menempuh studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Pemikiran dan ide-idenya yang kreatif dalam hal leksikologi yang dituangkan kedalam karyanya berjudul Muqaddimah Li Dars Al-Arab Wa Kaifa Nadha'u Al Mu'jam Al-Jadid ( Pengantar Studi Arab dan Tatacara Menyusun Kamus Baru), telah diakui oleh para ulama bahasa. Sebenarnya buku ini merupakan Ensiklopedia bahasa, sains dan seni. Hanya saja, materi kosakata dalam buku itu berhenti pada huruf alif, kata الس
14. Ali bin Muhammad Al-Jurjani
Ali bin Muhammad Al-Jurjani lahir pada tahun 740 H / 1339 M didesa Taju, dekat Istirabadz. Sejak masih kanak-kanak, Ali Al-Jurjani telah dikirim oleh orang tuqnya ke kota Hirah untuk belajar kepada Syekh Qutbuddin Muhammad Al-Razi Al-Tuhtani. Lalu, gurunya itu mengirim Ali Al-Jurjani ke Syeikh Mubarak Syah, salah satu guru besar Jami' Al-AZhar,Kairo,Mesir. Kecerdasan yang dimiliki Ali membuat kagum gurunya. Karena itu Syekh Mubarak menghimbau Ali untuk belajar ke guru yang lainnya, salah satunya adalah Syekh Ali bin Muhammad Al-Fanari.
Karya Ali Al-Jurjani yang hingga kini masih tetap dijadikan rujukan dalam memahami definisi sebuah kata atau kalimat, adalah Al-Ta'rifat. Sebuah kamus yang menggunakan sistem artikulasi, sehingga ia lebih dianggap lebih mudah digunakan dalam pencaharian entri kosakata. Kamus Al-Ta'rifat, pertama kali diterbitkan pada tahun 1897 di Kairo. Selain itu, karya lain Ali Al-Jurjani adalah Syuruh ala Al-Kasyssyaf ( Zamakhari), Syarah Al-Taftazi ( Al- Qazwini), Syarah Al-Faraid Al-Syairajiyah (Al-Sikaliki).
15. Ibnu Sidah
Nama lengkapnya Abul Hasan Ali bin Ismail (398-458H/1007-1066M) tetapi ia populer dengan nama Ibnu Sidah. Beliau adalah salah satu pakar dibidang bahasa dan sastra. Lahir di Mursiyah, sebelah timur Andalus, lalu ia pindah ke Daniyah hingga meninggal disana. Konon, beliau dikenal buta seperti halnya sang Ayah, tatapi kekurangan fisiknya sedikitpun tidak mengurangi semangatnya belajar bahasa. Sejak muda, ia telah aering mengubah syair dan belajarnilmu kosakata.
Karya tulisnya paling terkenal adalah Al-Mukhashshash sebanyak tujuh jilid, sebuah kitab rujukan dalam mpelajari bahasa Arab. Selain kitab bahasa Al-Mukhashshash adalah kamus tematik yang membuat makna kosakata bahasa Arab yang populer saat itu. Namun, karya kamusnya yang terkenal paling lengkap adalah Al-Muhkam wa Al-Muhith Al-A'dzam sebanyan empat jilid adalah kamus bahasa Arab paling populer pada zamannya hingga era Ibnu Mandzur, penyusun Lisan Al-Arab.
16. Ibnu Sikkit
Ibnu Sikkit (186-244 H/ 802-858), nama aslinya adalah Abu Yusuf Yaqub bin Ishaq. Sebenarnya Al-Sikkit adalah gelar ayahnya. Gelar disematkan kepada ayahnya sebab ia pendiam. Ibnu Sikkit banyak menulis kamus-kamus ma'ani (tematik) antara lain: Al-Adhdadh (antonim), Al-Hasyarat (serangga), Al-Nabaat (tumbuhan), Al-Wahsy (binatang buas), Al-Ibil (unta), Al-Isytiqaq (derivasi), Al-Aswaat wa Al-Alfadz (Suara dan Lafal) dan beberapa karya lainnya. Semua karya tulis berjumlah 40judul buku. Karya terbesarnya, berjudul Ishlah Al-Mantiq, sebuah buku yang memuat ilmu bahasa dan logika yang paling baik di Baghdad pada era Ibnu Sikkit.
Semoga bermanfaat..